Gensei merupakan singkatan dari Generasi Sehat Indonesia dan merupakan brading dari PT. Gense Indonesia.
Gensei merupakan bahasa Jepang yang memiliki makna "to control the universe", mengontrol atau mengelola jagat raya/alam. Dalam hal ini Gensei kami artikan sebagai sebuah perusahaan yang dijalankan seiring dengan hukum jagat raya :
- Kita harus menanam jika ingin menuai. Alam dan kehidupan ini tidak pernah mengajarkan kepada manusia untuk duduk manis, bermalas-malasan, sebelum kita bekerja keras dan menanam dan memelihara tanaman tersebut.
- Memberikan penghargaan kepada para pendahulu yang telah membuka jalan untuk generasi kehidupan selanjutnya. Kehidupan mengajarkan kepada kita untuk memberikan penghargaan kepada orang tua dan nenek moyang kita karena mereka merupakan perantara-perantara yang memiliki jasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing dalam kehidupan yang kita nikmati pada saat ini. Hal ini merupakan suatu aplikasi dari konsep "berikan apa yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan".
- Menjadi wadah atau media yang membangun konsep-konsep yang sejalan dengan hukum kehidupan dan hukum jagat raya. Setiap manusia berperan untuk menjadi perantara bagi satu dengan yang lainnya; kita saling membutuhkan satu sama lain. Jika konsep atau wadah yang dirancang oleh manusia dimaksudkan untuk saling mengeksploitasi satu sama lain, maka hukum kehidupan dengan sendirinya akan menghukumi kita dengan sebuah "kekacauan".
Semua konsep tersebut diwujudkan oleh Gensei melalui rancangan marketing plannya yang memiliki tiga karakteristik utama :
- Tidak menggunakan side volume : side volume ini merupakan suatu konsep yang bertentangan dengan hukum kehidupan yang bisa dianalogikan bahwa setiap orang itu harus terus melahirkan anak dan membesarkan anak tersebut jika kita ingin menuai hasil dari anak-anak kita yang sudah tumbuh dewasa lebih dahulu. Apapun yang bertentangan dengan hukum kehidupan akan menimbulkan "ketidak harmonisan". Side volume menimbulkan terjadinya eksploitasi dan mendorong seseorang untuk menjadi konsumtif. Side volume ini tidak sesuai dengan konsep bisnis MLM yang memiliki karekteristik gotong royong.
- Tidak menggunakan hukum keseimbangan kaki atau omzet. Jika saja kita memiliki anak kembar, tetaplah diantara keduanya pasti ada perbedaan. Sebuah kesalahan besar jika kita memiliki harapan anak kembar itu harus sama persis. Hukum keseimbangan omzet atau kaki yang biasa digunakan dalam sebuah bisnis MLM sangatlah kental dengan kepentingan untuk meraih keuntungan satu pihak saja. Konsep hukum keseimbangan tersebut bagai sebuah hukuman jika si anak kembar tidak persis sama, bagaikan sebuah hukuman atas keberadaan sebuah perbedaan yang sudah merupakan hukum kehidupan.
- Memberikan apa yang sudah dijanjikan. Dalam semua MLM yang ada di dunia ini, bonus-bonus yang ditawarkan pastilah memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dicapai oleh para mitranya. Jika mitra tidak mencapai syarat yang sudah ditentukan, maka perusahaan tidak memiliki "kewajiban" untuk mengeluarkan bonus tersebut. Artinya, bakal ada bonus yang sudah dijatahkan untuk mitra yang tersisa, dan bonus tersebut akan menjadi milik perusahaan. Gensei tidak melakukan hal tersebut. Sisa bonus tersebut tetap dialokasikan untuk mitra, dan diakumulasiskan sampai ada mitra yang memenuhi syarat untuk meraihnya.
Visi & Misi Perusahaan.
Visi
Menjadikan Gensei sebagai pilihan prioritas bagi mereka yang sudah memahami seluk-beluk bisnis MLM.
Misi
- Menjadikan MLM sebagai sebuah media bisnis yang sekaligus bisa dijadikan salah satu wadah untuk menjalin dan mempererat persaudaraan.
- Menjadikan MLM sebagai suatu wadah bisnis yang bisa diandalkan untuk memberikan nilai ekonomi tambahan kepada para pelakunya.
- Menjadikan MLM sebagai sebuah wadah bisnis yang transfaran dalam sistem pembagian keuntungannya.
Uraian Misi:
- Dewasa ini begitu banyak bisnis MLM yang secara sadar atau tidak sadar, yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, menggunakan Marketing Plan yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan persaudaraan. Salah satu sistem yang digunakan adalah hukum keseimbangan omzet atau hukum keseimbangan kaki, atau hukum keseimbangan jalur. Hukum ini menimbulkan suatu kondisi yang sering disebut dengan "sindroma kaki gajah". Jika seorang mitra memiliki satu jalur yang bertumbuh besar dan terlalu pesat dan menyebabkan jalur omzet menjadi tidak seimbang (ini yang disebut dengan sindroma kaki gajah), maka hal ini akan sangat mempengaruhi besaran bonus yang akan diraih. Semakin tidak seimbang jalur yang dimiliki, maka akan semakin mengecil bonus yang bisa diraih. Kondisi ini akan menggiring kita kepada satu pemikiran bahwa jalur besar tersebut adalah sebuah "ancaman", ancaman yang bisa menyebabkan kecilnya bonus, sementara omzet yang masuk ke perusahaan semakin besar. Perusahaan menggunakan standar ganda: kepada para mitranya mengatakan "anti piramida" sedangkan perusahaan sendiri mengambil keuntungan sebagai pusat titik piramida yang paling puncak. Konsep hukum keseimbangan ini pada akhirnya akan menimbulkan perpecahan antara mitra dan menimbulkan ketidak adilan. Konsep lain yang seringkali menimbulkan permasalahan adalah side volume. Jika komposisi omzet sudah relative seimbang, setiap mitra tetap diwajibkan untuk membangun jalur lain hingga mencapai jumlah omzet tertentu.
Tugas membangun bisnis MLM tersebut akan semakin menyita waktu, utamanya waktu untuk keluarga, mana kala kita dihadapkan kepada kondisi omzet yang tidak seimbang ditambah dengan kewajiban untuk memiliki side volume. Dua konsep tersebut sudah sangat cukup untuk membuat umumnya mitra MLM masuk kedalam satu jebakan lingkaran "kerja keras" yang tidak ada hentinya. - Banyak bisnis MLM yang menerapkan sistem pendidikan/training dan sistem pembagian hasil (marketing plan) yang mendorong para mitranya untuk menjadi konsumsif, royal, dan terdorong untuk "pamer kekayaan". Penerapan paradigma seperti itu menjadi boomerang yang memberatkan para mitra dari sisi psikologis dan ekonomi.
- Sesuai dengan aturan pemerintah, payout standar yang diberikan kepada mitra adalah maksimal 40% dari keuntungan. Payout ini biasanya dibagikan secara tersebar dalam berbagai macam jenis bonus dengan syarat-syarat tertentu. Ketika banyak mitra yang belum mencapai syarat-syarat tersebut, maka secara matematis akan tersisa bonus yang belum terbagikan. Yang menjadi pertanyaana adalah berapa besaran dari sisa bonus tersebut? Kemana sisa bonus tersebut didistribusikan? Transfaransi dalam hal ini seringkali tidak ada dalam umumnya bisnis MLM.